Jumat, 03 Januari 2014

Even the most Failed Trip Never Gone Bad

Jalan-jalan saya kali ini termasuk kategori 'the most failed trip', kenapa? Karena perjalanan ini jelas akan batal kalau aku nggak booking sewa mobil.

Rencana jalan-jalan dimulai dg 9 orang sahabat -sebut saja KEPO-, beberapa bulan yang lalu. Ide ini muncul karena perasaan bersalah sebagai orang jawa timur yang belum pernah menginjakkan kaki di bromo hehe. Jumlah peserta terus berkurang karena masalah ijin dan kesibukan lain. Tinggallah 5 orang KEPO dlm formasi saat deal booking mobil dibuat. Melengkapi formasi dengan beberapa teman dan saudara, target 7 orang supaya murah, kelihatannya mudah dicapai.
Tapi ternyata nggak segampang itu ngajak orang jalan.  Formasi teman dan saudara ternyata batal, mulailah aku nyari temannya teman, saudaranya teman, temannya temanny teman. Siapa saja. Ada sekitar 10 kali ditolak dan 5 kali PHP. Entah alasannya beneran atau karena males aja. Hitung - hitung ini latihan ditolak, latihan gagal, latihan kecewa. Wiih, daleeeem..
Salah satu alasan yg membuat aku mikir-mikir adalah ada temen yang ga mau karena malu, karena cuma kenal aku aja di rombongan. Nggak kenal ya kenalan, pikirku. Sebagai pembaca setia Trinity yang  punya prinsip cari teman waktu jalan, aku ga faham. Aku pernah ikut temenku jalan-jalan, dan aku nggak terlalu kenal temen-temen lainnya. Memang agak awkward, tapi trip nya tetep seru dan aku nggak malu. Apa jangan-jangan aku yang nggak tahu malu? confused

Formasi fix : aku, adik (dea), deasy, riza, monita, rina, imvita, Meli (tapi berangkat bareng keluarganya)

Then, i feel like the world against me. Rina batal H-3, Monita batal H-1, Riza batal H-6 jam, Imvita batal H-4 jam. Streesss. Sampai waktu itu aku takut lihat sms, takut sms itu bilang-satu-satunya KEPO yg masih bertahan yaitu Deasy juga batal.
Alasan nggak ada yang salah, itu bener. Life is complicated, so true. Berusaha ngumpulin semangat yang kececeran, sambil bersyukur karena sehat, ada waktu, ada uang, dan ada ijin. Sampai aku dan Deasy sudah ada di mobil yg mengantar kami ke bromo, aku baru bilang ke Deasy bahwa trip ini Cuma ber 3 T_T
bocah ilang


Sampai di bromo, kami berusaha ketemu Meli di homestay demi mengurangi rasa nggak ada temen. Dari pada luntang-luntung ber3 jam 3 dini hari, mending ikut rencana jalan-jalannya Meli sekeluarga, pikirku. Tapi lihat sisa uang kami ber3 yang sudah sepakat untuk trip super hemat, rasanya nggak mungkin naik Jeep, yang harganya sedang melambung di akhir tahun. Akhirnya kembali ke rencana awal, jalan kaki, kami kembali ke parkiran terakhir.
Yang menyebalkan dari bromo adalah, nggak ada track pendakian yang jelas, nggak ad petunjuk jalan dimana mulainya, terlalu banyak jalan yang bercabang, banyak bangunan, banyak saran yang berbau komersial, dan nggak ada orang lain yang berniat jalan kaki. Kami yang nggak pernah ke bromo, berasa tersesat di keramaian.

Ngasal aja kami jalan menuju ke kawah bromo, berharap bisa lihat sunrise disana. Sudah hopeless dengan sunrise di penanjakan. Sampailah kita di cabang gelap tanpa penunjuk jalan, disambut para tukang ojek. Berdasarkan informasi pak ojek, ada 3 tempat sunrise, penanjakan 1, penanjakan2, bukit petigen. Yang paling dekat bukit petigen. Kita ditawari beberapa paket, mulai dari 150.000(paket lengkap), 100.000(penanjakan + kawah), 50.000(penanjakan). Tapi kita tetep ngotot mau jalan kaki dan cuma tanya jalan, karena budget tetep nggak cukup. Tapi, akhirnya kita terpengaruh dan deal diantar ke petigen dengan Rp 20.000

Jam 03.30 kita sudah duduk-duduk di petigen, dan sunrise kemungkinan masih jam 05.00 pagi. Menunggu dengan susu, air, taro, oreo, dan sebatang lilin. Kita udah seperti njagain lilinnya babi ngepet supaya nggak mati gara-gara angin gunung :p

And the sun rises on the cloudy sky. Kitapun menyadari nggak ada kamera bagus untuk mengabadikan momen ini, hiks... Kami bertiga cuma punya kamera ponsel 2MP. Ngiler lihat DSLR dimana-mana. Tapi, bahkan kamera terbagus pun nggak ada yang bisa menandingi mata kepala sendiri, kamera terbaik ciptaan Tuhan :) *menghibur diri

Lanjut jalan kaki ke kawah bromo yang waktu itu bau septitank. Lalu ngojek Rp 10.000 dari bromo sampai parkiran. Jam 09.00 kita sudah siap meninggalkan bromo. Dari pada langsung pulang ke jember, rugi duit, mampir dulu di air terjun madakaripura.

Madakaripura ini perjalanannya seru. Habis liat bromo yang hitam semua, hijau-hijau bener-bener menyegarkan. Jalan kaki ke madakaripura dijamin basah kuyup, kalo nggak pakai jas hujan. Dodolnya kita, yang sejak awal di bromo bawa jas hujan di tas, sekarang malah nggak di bawa.  Sampai di air terjunnya pingin nyebur, tapi nggak ada cewek lain yang nyebur. Duh..
kamera ponsel 2MP

Sekitar jam 2 kita udah sampai lagi di mobil dan siap-siap pulang. Lalu hujanpun mengguyur sepanjang proboinggo-lumajang.


Gimana kesimpulannya? Even the most failed trip never gone bad.

Siapa sangka rencana yang tersusun rapi dari jauh hari bisa berguguran seperti nggak pernah direncanakan. Tapi juga nggak ada yang bisa menyangka apa yang akan terjadi selama traveling. Uniknya traveling adalah, entah itu kejadian buruk atau baik, beruntung atau sial semua bisa ditertawakan, diceritakan, dibagi, dinikmati tanpa disesali -Sejauh ini sih-

7 komentar:

  1. haha, kejam sekali embah, h-4 jam lho.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah, gtu deh hehe -_____-
      makasih sdh meninggalkan jejak ;)

      Hapus
    2. sama2 Cha, tapii..
      pengaturan waktu blogmu kyknya harus dibenerin deh Cha.. ;D

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. iya ya, ga pernah kepikiran klo salah..
      udh tak ganti..

      Hapus
  2. wah coba rame-rame pasti tambah seru tuh cha....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, pinginnnya gitu..
      smoga kpn2 bisa rame
      makasi udh mampir :)

      Hapus